Fenomena Lupa-lupa Ingat

Simak dialog dalam bahasa Dayak Maanyan berikut.

Winey             :”Hang awe hanyu midi sapatu sa maeh yena?”

                         (Di mana kamu beli sepatu yang bagus ini?)

Tulus               :”Hang latu…s, s… riet Hyp**mart.”

                         (Di anu s, s… dekat Hyp**mart)

Hang latu. Begitulah Tulus menjawab pertanyaan Winey. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, hang latu bermakna di anu. Ucapan spontan dari Tulus itu menunjukkan upayanya dalam mengingat-ingat nama toko sepatu yang ia maksud. Semakin keras Tulus berusaha, nama toko yang ia maksud semakin samar. Tulus hanya mampu mengingat hal-hal penting yang terkait dengan toko tersebut.

Dalam percakapan, Tulus menyebutkan bahwa nama toko tempat ia membeli sepatu berakhiran s dan bersebelahan dengan Hyp**mart. Tulus yakin betul bahwa ia tahu nama toko itu sebab tidak sekali dua ia mampir dan membeli sepatu di sana. Kata yang ingin Tulus ucapkan sudah berada di ujung lidah, tetapi hingga akhir percakapan tidak kunjung terucap.

Pertama kali diteliti secara sistematis pada tahun 1966 oleh R. Brown dan McNeill, tip of the tongue (ToT) merupakan suatu keadaan ketika seseorang tidak bisa mengingat sebuah kata atau istilah. Meskipun tidak bisa mengingat kata tersebut, seseorang mampu menjelaskan arti dan menyebutkan jumlah suku kata, awalan atau akhiran, atau dalam banyak kasus cenderung menyebutkan kata yang secara bentuk serupa dengan kata yang dicari. Pada saat ToT terjadi dalam bahasa Indonesia, misalnya, seseorang yang ingin menyebut kata insomnia (keadaan tidak dapat tidur) bisa “terpeleset” menjadi amnesia (kehilangan daya ingat) atau mungkin anemia (penyakit kekurangan darah).

Dalam studi kebahasaan, ToT dapat terjadi karena gagalnya proses pengambilan leksikal (lexical retrieval), suatu proses penerjemahan konsep di dalam kepala menjadi sebuah kata yang bisa diucapkan. Kegagalan proses itu terjadi minimal karena tiga faktor: adanya kata lain yang serupa dan menghalangi kata target (blocking theory), tidak tersalurnya memori tentang konsep kata ke dalam memori kata (transmission deficit theory), atau kurangnya pengetahuan terhadap kata target (incomplete activation theory).

Dalam bahasa Indonesia, ToT disebut sebagai fenomena lupa-lupa ingat. Ada satu ciri khas dalam fenomena lupa-lupa ingat, yaitu munculnya kata anu dalam percakapan di atas. Kata anu termasuk dalam kata benda yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki dua arti: dipergunakan untuk yang tidak disebutkan namanya (orang, benda, dan sebagainya) dan untuk menyebutkan sesuatu yang namanya terlupa atau tidak diketahui. Penggunaan kata anu dalam peristiwa ToT selaras dengan arti kedua, yaitu untuk menyebutkan sesuatu yang namanya terlupa.

Fenomena ToT digambarkan sebagai sebuah siksaan ringan, seperti perasaan sebelum bersin, menggelitik dan ingin segera dituntaskan. Rasa menggelitik yang timbul sebelum bersin digambarkan serupa dengan perasaan menggelitik yang ditimbulkan dalam usaha mengucapkan kata target. Jika kata target tidak segera ditemukan, perasaan tidak puas muncul dan biasanya bertahan cukup lama. Solusi paling baik untuk menghilangkan siksaan itu ialah jangan panik dan terus mendeskripsikan kata target sehingga memberi jalan kepada otak untuk mengingat dan menyusun konsep. Mengeja serpihan kata target secara perlahan dan berulang-ulang juga dapat dilakukan sehingga kata target akhirnya berhasil diucapkan.

Referensi:

Rahman, Azkia Rostiani. (2017). Tip-of-the-tongue Analysis in Indonesia Language Speaker: A Case Study. People: International Jurnal of Social Science. 3, 292-300.

https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED602955.pdf  diakses pada 20 Juni 2021

https://www.verywellmind.com/lethologica-tip-of-the-tongue-phenomenon-4154947 diakses pada 21 Juni 2021

(Anisa Fitriani)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *